Pendidikan Luar Kelas (Outdoor
education)
Pendidikan luar kelas merupakan
salah satu dimensi dalam pendidikan jasmani, di mana melalui program kegiatan
ini diharapkan konsep diri siswa dapat dibentuk. Pengalaman semacam memanjat,
merangkak, bergelantungan, dan berayun di alam bebas, yang merupakan bagian
dari progam petualangan akan mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Pengalaman semacam ini dapat memenuhi kebutuhan psikis anak akan ‘rasa berhasil
mengatasi rintangan’. Kejenuhan pengembangan di dalam ruang turut memberikan
dorongan berkembangnya konsep pendidikan di luar kelas. Pendidikan dalam ruang
yang bersifat kaku dan formalitas dapat menimbulkan kebosanan, termasuk juga
kejenuhan terhadap rutinitas di sekolah. Outdoor education dijadikan
sebagai alternative baru dalam meningkatkan pengetahuan dalam pencapaian
kualitas manusia. Alam sebagai media pendidikan adalah suatu sarana efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan pola pikir serta sikap mental
positif seseorang. Konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena secara
nyata dari lingkungan dan memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai sumber
belajar.
Anggani S (2000: 7)
menyatakan bahwa:
Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan
informasi maupun berbagai keterampilan kepada siswa dan guru. Bentuk
pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan
permainan. Guru bisa memilih bentuk permainan yang sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan.
Melalui sudut pandang kependidikan,
aktivitas pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah atau di luar
lingkungan formal persekolahan, setidaknya memuat 3 konsep utama, yaitu konsep
proses belajar, aktivitas luar kelas dan lingkungan.
1.
Konsep Proses Belajar
Belajar melalui aktivitas luar kelas adalah proses belajar interdisipliner melalui
satu seri aktivitas yang dirancang untuk dilakukan di luar kelas. Pendekatan
ini secara sadar mengeksploitir potensi latar alamiah untuk memberi kontribusi
terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan pengetahuan budaya, serta
perkembangan emosional dan
intelektual (Rita Mariana
dkk, 2009:101). Dengan
meningkatkan kesadaran terhadap hubungan timbal balik dengan alam, program
dapat mengubah sikap dan perilaku terhadap alam.
a.
Perkembangan Fisik
Aktivitas Outdoor dapat menjadi tempat yang
menunjang bagi berbagai kesempatan belajar bagi anak-anak. Namun, bagi
kebanyakan anak, peran terpenting aktivitas outdoor
adalah untuk merangsang perkembangan dan pengetahuan fisik. Melalui
kegiatan fisik, anak-anak juga mendapat kesempatan untuk menjadi lebih sosial,
mempelajari peraturan-peraturan, belajar kemandirian, mengembangkan rasa
percaya diri, mengembangkan intelektualnya, dan belajar menyelesaikan permasalahan
yang muncul. Sebuah program yang terencana untuk latihan fisik ini merupakan
bagian penting dari program masa anak-anak.
Lingkungan outdoor lebih banyak merangsang
aktivitas otot. Alam terbuka yang bebas lebih banyak menawarkan kesempatan
secara alamia untuk berlari, melompat, dan menggerakan seluruh tubuh dengan
bebas. Kemampuan motorik kasar dan halus juga dapat terkembangkan sesuai dengan
tahap perkembangan mereka.
Manfaat lain
dari bermain di luar adalah anak-anak
menjadi tahu dan mengenal reaksi tubuh mereka sendiri saat bekerja dalam
ruangan dan membandingkannya dengan situasi ketika beraktivitas di luar. Mereka
merasakan hal yang sangat berbeda. Anak dapat merasakan bagaimana rasanya
berada di ketinggian, merangkak melalui terowongan atau berguling di dedaunan.
Hal ini sangat baik untuk melatih daya tahan dan keseimbangan mental mereka.
Kekuatan fisik,
koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan melalui
kegiatan outdoor. Guru diharapkan
dapat mengamati tingkat perkembaangan anak-anak dan merencanakan
kegiatan-kegiatan secara tepat.
b.
Perkembangan Keterampilan Sosial dan
Pengetahuan Budaya
Lingkungan di
luar ruangan secara alamia mendorong interaksi di antara sesama anak ataupun di
antara orang dewasa dan anak-anak. Dengan interaksi ini maka keterampilan
sosial mereka dapat terkembangkan (Rita Mariana dkk, 2009:103).
Selain itu, banyak peraturan yang diterapkan di dalam kelas, justru
diperbolehkan ketika mereka berada di luar kelas. “Suara-suara yang keras”
ataupun “berteriak” juga diizinkan. Beberapa anak yang pendiam ketika berada
dalam ruangan, sangat mungkin akan lebih mudah
bergaul ketika berada di luar ruangan.
bergaul ketika berada di luar ruangan.
Sementara itu,
dengan bermain di lingkungan terbuka, anak-anak dapat belajar mengenal
lingkungan masyarakat terdekatnya. Mereka dapat mengunjungi tempat wisata,
museum, rumah yatim piatu, rumah sakit, dan lain-lain. Dengan acara kunjungan
ini anak-anak dapat mengembangkan sikap empati serta mengenal fungsi dan
manfaat lingkungannya. Ia juga dapat mempelajari dan mengenal kondisi
sosial-budaya masyarakatnya. Ia dapat melihat, mengamati, mendengar pembicaraan
orang lain, mengenal ketika berhadapan dengan orang lain, bertanya dan mencoba
perlengkapan yang ia temui. Ia juga dapat belajar berempati dan ikut merasakan kondisi
yang berbeda saat ia mengunjungi tempat tinggal anak-anak berkebutuhan khusus
atau rumah yatim piatu.
c.
Pekembangan Emosional
Permainan di
luar ruangan banyak memberikan peluang dan tantangan baru bagi anak.
Permasalahan yang dihadapi relaif lebih konpleks dari hari ke hari. Bagi anak
hal ini dapat menjadi pembelajaran yang baik. Dengan menguasai banyak tantangan
yang dihadapi di luar membuat anak-anak lebih mengembangkan rasa percaya
dirinya yang positif. Anak-anak berhasil mengatasi ketakutan dan ketegangannya
saat ia berada di puncak perosotan dan kemudian
bebas meluncur. Ia telah berhasil menciptakan rasa aman dalam dirinya
ketika menghadapi perosotan. Demikian pula halnya ketika mereka melihat biji
yang ditanamnya dapat tumbuh tunas, batang, dan berdaun. Pengalaman-pengalaman
seperti ini akan menumbuhkan kepercayaan dirinya, dimana mereka menyadari apa
yang bisa dilakukan oleh tangannya sendiri, dan bagaimana mereka berhasil
mengendalikan gerakan tubuh mereka.
d.
Perkembangan Intelektual
Di luar ruangan
anak-anak melakukan proses belajar melalui interaksi langsung dengan
benda-benda ataupun ide-ide. Lingkungan di luar ruangan memberi kesempatan
kepada guru untuk membantu anak dan menguatkan kembali konsep-konsep yang telah
dipelajari sebelumnya dengan contoh yang lebih konkret dan nyata (real), seperti benda-benda bersejarah,
atribut lalu lintas, dan lain-lain. Melaui kegiatan ini, selain kemampuan
pengamatan dan intelegensi yang terkembang, mereka juga sangat menyukai
aktivitas tersebut.
Beberapa konsep
yang dapat diajarkan secara alamia di luar ruangan dari pada dalam ruangan.
Sebagai salah satu contoh misalnya keajaiban alam dan ilmu pengetahuan yang
dapat diamati langsung oleh anak, serta menganalisis situasi-situasi di luar
rungan. Meraka dapat mempertanyakan berbagai interaksi dan perubahan alam
sehingga pengetahuan dasar mereka tentang sains dapat berkembang pula.
2.
Konsep Aktivitas Luar Kelas
Pendekatan ini menggunakan kehidupan
di luar ruangan dan kegiatan berkemah, yang memberikan banyak kesempatan bagi
siswa untuk memperoleh dan menguasai berbagai bentuk keterampilan dasar, sikap
dan apresiasi terhadap berbagai hal yang terdapat di alam dan kehidupan sosial.
Bentuk-bentuk kegiatan luar kelas, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut;
berkemah, menjelajah, mendaki gunung dan lain-lain.
a.
Perkemahan
Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan (Roji 2007:179). Kegiatan ini umumnya
dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari
keramaian secara umum, untuk menikmati keindahan alam. Berkemah biasanya dilakukan dengan
menginap di lokasi perkemahan, dengan menggunakan tenda, di bangunan
primitif, atau tanpa atap sama sekali.
Pemilihan tempat
berkemah tergantung dari rencana yang sudah diprogramkan, apakah di daerah
pantai yang indah, di lereng pegunungan yang sejuk atau di lembah yang
mempesona, kadang-kadang juga dilakukan di tepi hutan dekat dengan sungai yang
menakjubkan. Semua acara diperkemahan dilakukan dengan riang gembira, walaupun
tidak menutup kemungkinan pekerjaan itu penuh dengan rintangan yang tidak
kecil. Selain membawa perlengkapan berkemah, mereka juga memanfaatkan
bahan-bahan dari alam sekitarnya dengan tidak merusak lingkungan tersebut.
Untuk suatu perkemahan yang baik, maka prosedur yang harus ditempuh adalah:
persiapan, pelaksana, acara, Pelaksanaan, penyelesaian, evaluasi.
Selanjutnya Roji (2007:180) mengatakan bahwa untuk mengetahui hasil
perkemahan dan sebagai bahan pertimbangan untuk perkemahan di masa-masa
mendatang kita dapat mengevaluasi dengan :
1)
Mencatat prestasi kegiatan perorangan maupun kelompok selama
berkemah
2)
Mengajukan pertanyaan kepada peserta
perkemahan
3)
Melihat perubahan sikap peserta perkemahan sebelum dan
sesudah pulang berkemah
4)
Melihat kesehatan peserta (banyak yang sakit atau tidak)
5)
Kekurangan dan kesalahan serta
hambatan dicatat guna perbaikan pada perkemahan yang akan datang
6)
Menyusun laporan hasil berkemah
merupakan suatu kewajiban untuk penanggung jawab perkemahan.
b.
Penjelajahan
Aktivitas luar kelas merupakan aktivitas belajar yang cukup
menyenangkan apabila dirancang dengan baik dan benar. Salah satu bentuk
aktivitas luar kelas adalah penjelajahan lingkungan, baik di sekitar sekolah
maupun di luar sekolah.
Agar
pelaksanaan penjelajahan dapat berjalan dengan baik, aman dan nyaman,
dibutuhkan perencanaan yang baik pula. Menurut Roji (2007:180-181) beberapa
langkah dalam menyusun rencana kegiatan.
1)
Rancangan kegiatan penjelajahan;
a)
Peninjauan langsung lapangan (survei lokasi)
b)
Keadaan medan tempat penjelajahan
c)
Keamanan (gangguan binatang buas, alam dan manusia).
d)
Perizinan penjelajahan pada instansi terkait.
e)
Kedekatan pada tempat berbelanja (pasar, warung, dan
lain-lain)
f)
Hubungan dengan aparat pemerintah setempat.
g)
Kemungkinan dilaksanakan kegiatan bakti sosial
Perkiraan waktu;
a)
Lama penjelajahan
b)
Hari dan tanggal penjelajahan
c)
Pembuatan laporan penjelajahan
Penentuan lokasi
Pemilihan lokasi penjelajahan penting untuk diperhatikan.
Lokasi yang baik dan sesuai akan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Beberapa
syarat lokasi yang baik untuk dijadikan lokasi penjelajahan antara lain sebagai
berikut:
a)
Lokasi memiliki pemandangan yang indah dan nyaman untuk
kegiatan,
b)
Lokasi tersebut terjaga keamanannya, baik itu dari
binatang buas maupun dari gangguan keamanan lainnya,
c)
Lokasi tidak terletak di tempat yang membahayakan,
seperti di pinggir jurang atau sering dilanda banjir atau longsor.
Penentuan biaya
Biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan
ditentukan sebelumnya. Hal ini untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan.
Pembagian tugas
a)
Ketua kelompok (bertugas memimpin dan
bertanggung jawab terhadap kelompoknya)
b)
Seksi keamanan (menjaga dan memantau keamanan peserta)
c)
Seksi P3k (bertanggung jawab terhadap obat-obatan untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan).
2)
Persiapan penjelajahan
Sukses tidaknya penjelajahan ditentukan oleh persiapan
sebelumnya meliputi:
a)
Persiapan mental peserta
b)
Persiapan fisik peserta
c)
Peralatan dan perlengkapan
c.
Mendaki
gunung (Hiking)
Hiking
merupakan salah satu bentuk olahraga rekreasi yang sedang berkembang dan diminati
masyarakat. Hiking juga mampu menampung kebutuhan masyarakat yang benar-benar
menginginkan suatu kepuasan dan ketenangan tertentu yang berbeda, dengan jenis
olahraga lainnya juga tidak menimbulkan kebosanan, kerena dilakukan dengan
berjalan kaki dan mendaki gunung, dengan permainan petualangan dan romantika.
Menurut
Syutansah (1992 : 22)
Pengertian Hiking adalah suatu perjalanan memutar untuk
mendapatkan jarak terpendek yang dibungkus dengan permainan, petualangan dan
romantika. Hiking lebih mengarah kepada perjalanan dan pengembaraan dengan
berbagai rintangan.
Tujuan hiking
(Idik Sulaeman 1992 : 12), yaitu:
1)
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa,
2)
Mengagumi keindahan tanah air
sendiri,
3)
Mengendalikan ketegangan jiwa dan raga dari kreasi yang
terus menerus, diganti dengan kreasi yang baru,
4)
Menambah kesegaran jasmani dan kesehatan,
5)
Mendapatkan ketenangan batin dan pikiran,
6)
Mengokohkan kerja sama dan
mempertebal keakraban serta persaudaraan, dan
7)
Memperkuat diri dan ulet dalam menghadapi tantangan.
Tahapan kegiatan Hiking
Tahapan yang
harus diketahui oleh peserta hiking harus disesuaikan dengan minat, kemampuan
fisik, mental dan jenis kelamin.
Tahapan tersebut menurut Aming
Supriatna (2010 : 2)adalah:
1)
Tahapan ringan, ciri-cirinya yaitu
sudah diketahui medan perjalanan dengan jarak tempuh 5 s/d 8 km, memungkinkan
peserta tidak akan tersesat,
2)
Tahapan sedang, belum diketahui
medan perjalanan jarak tempuh 8 s/d 15 km, sehingga perlu adanya pos-pos
pemeriksa,
3)
Tahapan berat, tidak diketahui
medannya, jarak tempuh 15 s/d 25 km, perlu persiapan yang matang.
Tata
cara melakukan kegiatan hiking
Untuk mempermudah dan mengefisienkan
terselenggarakan olahraga hiking, seorang hiker diharapkan mampu mengetahui dan
memahami tata cara dan aturan melakukan hiking. Ada ketentuan
dasar dalam hubungan dengan melakukan perjalanan di daerah pegunungan menurut
Munter (1882:61) yaitu:
1)
Berjalan dengan tenaga, kita harus mencari irama dan
penyesuaian diri dengan lingkungan,
2)
Berjalan tegak, titik berat tubuh diletakan di setiap
langkah kaki,
3)
Bila ingin mempercepat irama langkah kaki lakukanlah
secara teratur dalam irama langkah yang sama,
4)
Pada irama langkah yang normal kita harus berjalan dalam
tanjakan antara 300 - 400 m/jam,
5)
Bila berjalan di daerah yang curam maka langkah yang
digunakan adalah langkah pendek, tubuh di bagian atas sedikit bongkok ke muka,
6)
Bila berjalan pada daerah yang datar kita mengambil
langkah yang panjang, dan
7)
Peralatan yang digunakan khususnya sepatu sebaiknya
menggunakan sepatu khusus.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan olahraga rekreasi yang hendak
dicapai dalam kegiatan hiking merupakan cara mendekatkan diri dan mengagumi
kepada sang pencipta alam semesta, memperoleh kebugaran jasmani dan refresing
dari ketegangan jiwa, serta dapat membangun kebersamaan, keuletan, percaya diri
terhadap hiking.
3.
Konsep Lingkungan
Konsep lingkungan merujuk pada
eksplorasi ekologi sebagai andalan mahluk hidup yang saling tergantung antara
yang satu dengan yang lain. Tujuan utama program ini adalah untuk menjelaskan
fungsi kita dalam alam semesta dan menunjukkan bagaimana menjaga kualitas
lingkungan alam untuk kepentingan sekarang dan masa yang akan datang.
Menurut Gafur (2001: 23) suatu
sekolah dapat memanfaatkan guru atau sekolah lain sebagai sumber belajar. Semua
stakeholder sekolah yang mencakup guru, siswa, karyawan, masyarakat, pengguna
lulusan, dinas yang membawai dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Selanjutnya Menurut Abulraihan (2008:3)
lingkungan bisa lingkungan sekolah dan luar sekolah, yang terpenting bahwa
aktivitas pembelajaran di luar kelas yang dilakukan siswa, guru harus
pandai-pandai memilih model atau jenis pembelajaran yang tepat sesuai situasi
lingkungan, memperhatikan factor keamanan karena di alam bebas mempunyai
tingkat keriskanan yang tinggi terhadap keselamatan siswa. Model pembelajaran
yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain atau
permainan. Menurut Rijsdorp dalam Sukintaka (1992:1), anak yang bermain
kepribadiannya akan berkembang dan wataknya akan terbentuk, berarti bermain
merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan watak dan kepribadiannya.
Pendidikan jasmani melalui pendidikan luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan
di sekitar sekolah sebagai sumber belajar, lingkungan sekolah juga dapat
dijadikan sebagai alat pengembangan kegiatan di alam bebas agar siswa dapat
mengembangkan keterampilan untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan
bersikap positif, berperilaku sosial yang selaras dengan norma yang ada.
Jenis-Jenis
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
a.
Lingkungan
alam
Lingkungan alam atau lingkungan
fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam
(air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna),
sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif
menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan
dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk juga proses terjadinya (Rita Mariyana dkk, 2009:36).
Dengan mempelajari lingkungan alam
ini diharapkan siswa akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam
kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan
kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut
berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
b.
Lingkungan
sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana
telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi
siswa yaitu lingkungan sosial.
Hal-hal yang bisa dipelajari oleh
siswa dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber
belajar ini misalnya:
1)
Mengenal adat istiadat dan kebiasaan
penduduk setempat di mana anak tinggal.
2)
Mengenal
jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
3)
Mengenal organisasi-organisasi sosial
yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan sekolah.
4)
Mengenal kehidupan beragama yang dianut
oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
5)
Mengenal kebudayaan termasuk kesenian
yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
6)
Mengenal struktur pemerintahan setempat
seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan kecamatan.
Pemanfaatan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk siswa
sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan anak.
c.
Lingkungan
budaya
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya
alamia, ada juga yang disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan
yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak dapat mempelajari lingkungan buatan
dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya,
pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenan dengan
pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya (Rita Mariyana
dkk, 2009:37).
Agar penggunaan lingkungan ini
efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan atau program yang ada. Dengan
begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang
dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Outdoor education dijadikan sebagai alternative baru dalam meningkatkan
pengetahuan dalam pencapaian kualitas manusia serta dapat belajar lebih banyak mengenai lingkungan
fisik dan pentingnya kekayaan alam, kontribusi dan apresiasi terhadap aktivitas
di luar ruang akan memperkaya dan meningkatkan kualitas hidup, kualitas hidup
yang dimaksud akan membentuk mereka menjadi warga negara yang baik. Kualitas
yang akan berkembang seperti: memiliki rasa tanggung jawab, memiliki jiwa
kepemimpinan, mampu bekerja sama, dan jujur, Mereka akan memberikan apresiasi
yang lebih baik terhadap pentingnya kesehatan dan kebugaran, Kecintaan untuk
bertualang, yang biasanya sangat digemari oleh anak-anak dan remaja, akan
tersalurkan melalui kegiatan luar kelas, Siswa dirangsang untuk belajar tentang
segala sesuatu yang terdapat di alam dan melihat serta dapat mengkaitkannya
dengan materi pelajaran di kelas, Siswa belajar untuk mengandalkan kemampuannya
sendiri dalam mempraktekkan aturan, dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Alam sebagai
media pendidkan adalah suatu sarana efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan pola pikir serta sikap mental positif seseorang.
Comments
Post a Comment